Melepaskan
yang Tak Harus untuk Diperjuangkan
Bagaimana aku bisa masuk ke dalam
hati yang nyatanya sudah berpenghuni ?,
Meski penghuni itu hanya ilusi yang
masih saja dibawa dari masa-masa yang sudah terlewati,
Bagaimana aku bersikeras masuk,
sedangkan pemilik kediaman tidak akan mempersilakan aku duduk ?,
Pada akhirnya nanti, aku kan sampai
pada titik dimana aku harus bangun dari segala mimpi.,
Pada akhirnya nanti, aku harus
menyadari bahwa ada hal-hal yang telah disediakan namun bukan untuk aku miliki.,
Pada akhirnya nanti, aku harus
memilih untuk memperjuangkanmu hingga letih, atau mempersiapkan diri untuk
pergi,
Pada akhirnya nanti, aku kan
menemui saat-saat dimana sudah tak memungkinkan lagi tuk memperjuangkanmu,
Bukankah tak ada artinya menunggu,
padahal dirimu bukanlah untuk kutunggu
?,
Bukankah tak mungkin aku memiliki
sesuatu yang tak diperuntukkan bagiku ?,
Ketika aku menganggap semua tlah
usai, itu berarti dirimu bukan lagi sesuatu yang ingin kugapai,
Aku melepasmu sebagai hati yang
ingin aku pilih dan kuharap bisa membuatnya pulih,
Namun, kini aku membiarkanmu untuk
menggapai bahagiamu tanpa aku, karena dititik ini aku sudah pasti mampu
melepasmu dari hidupku,
Mari pergi dari titik ini dan
mencari bahagia kita sendiri,
Aku melepaskan agar ia yang sedang
datang menujuku dapat menemukan jalan yang sudah ditentukan-Nya.
“Kepadamu, terlalu banyak ruang
yang tak bisa aku buka. Dan kebersamaan hanya memperbanyak ruang tertutup.
Mungkin jalan kita tidak bersimpangan. Ya, jalanku dan jalanmu. Aku dan kamu
seperti hujan dan teduh yang ditakdirkan bertemu, namun tidak bersama dalam
perjalanan. Bukankah seperti menebak langit abu-abu..?” (dikutip dari novel
Hujan dan Teduh).
***
KAIZEN ^^”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar