Senin, 06 Agustus 2012


Bukan untuk Dilupakan Tapi untuk Diikhlaskan
Entah mengapa memori ini selalu terlintas dalam benak dan pikiranku. Ketika musim hujan turun di akhir tahun, aku teringat akan seseorang yang mengajariku banyak hal. Begitu indahnya memberikan kasih sayang, mengajariku untuk bersabar dan selalu bersabar untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tanpa kenal lelah dan tanpa memikirkan sesuatu yang sedang terjadi pada dirinya sendiri.
Ya, dia yang menyayangiku, dia yang begitu kerasnya menginginkanku, setia menungguku dan tak pernah lelah untuk mendapatkan hatiku, walau saat itu dia tahu bahwa aku memiliki kekasih dan aku tidak menginginkannya. Namun, ia tetap tulus untuk menyayangiku lebih dari seorang saudara.
Roni Anugrah (Inor Harguna), lahir di Bogor, 26 Juni 1990. Aku mengenalnya lewat salah seorang teman sekaligus kakak untukku, yaitu Billar Unggaran. Saat itu, kak Inor sedang ada tugas dari sekolahnya (PKL), di tempat pemotongan hewan ternak Palagan, Bojongkokosan. Selama PKL kak Inor kost dekat rumah kak Billar.
Ketika kak Billar meneleponku, kak Billar berkata bahwa ada temannya yang ingin berkenalan denganku, aku pun tak keberatan jika bisa menjalin tali silaturahmi. Sejak saat itu kita berteman, tepatnya akhir Agustus 2010. Suaranya di telepon selalu membuatku tertawa, suara yang unik. Bahkan sampai saat ini pun tak ada yang menyamai suaranya.
Kita lebih banyak berkomunikasi lewat media handphone, salah satunya karena kendala jarak, dan ketidakbebasanku untuk pergi keluar rumah. Sekitar 2 minggu setelah berkenalan, kak Inor menawariku untuk berbisnis laptop, karenatak jelas membicarakan urusan bisnis di handphone, maka dia pun berencana ke rumahku bersama kak Billar. (maybe that one of trick..hee i’m sorry my brother), aku mengizinkan mereka untuk ke rumah, tentunya dengan seizin orang rumah juga.
Hari itu hujan turun sekitar pukul 17.45, meskipun hanya rintik-rintik, aku melihatnya di bawah hujan. Setelah masuk rumah, kita bertiga pun berbincang-bincang, tak lama mamaku datang dan bergabung dalam perbincangan kami. Tak ku sangka mama cepat sekali akrab dengan kak Inor. Aku senang jika mamaku dekat dengan teman-temanku. J
Setelah urusan selesai, mereka pamit pulang. Satu sms yang ku terima setelah pertama kali bertemu dengan kak Inor, “nggy, ,kakak senang bisa ke rumah, ,nggy cantik ihk . .J” begitu katanya. Saat itu hubungan kami semakin erat sebagai saudara. Namun, tak ku sangka, ternyata kak Inor menyimpan perasaan lebih dari seorang saudara kepadaku. Ia menyayangiku sebagai seorang perempuan, bukan sebagai teman/saudaranya.
Saat itu semua berubah, aku mulai menjaga jarak dengannya tanpa bermaksud menghindarinya. Dan saat itu pula kisah-kisahku selama 10 bulan berawal. Pengorbanannya pun begitu terasa, bahkan hingga saat ini.
Setelah PKLnya selesai ia pun kembali lagi ke kota Sukabumi. Sejak saat itu kita jarang sekali bertemu. Inilah beberapa pertemuanku dengannya yang sangat berkesan dalam hidupku.
Pertama, aku teringat ketika subuh hari kak Inor membangunkanku dengan smsnya, saat itu pukul 03.00 WIB. Begini isi smsnya:
“nggy bangun, , udah pagi. .”
“masih jam 3 kak, kakak gak tidur iah..?”
“iahk gy, ,kakak gak bisa tidur. .”
Aku tertidur kembali, setelah adzan subuh aku terbangun dan melihat 10 pesan yang belum ku buka. Semua pesan itu dari kak Inor yang isinya sama,
“nggy jangan tidur lagi, ,kita smsan ajahk. .”
Aku pun cepat membalas dan meminta maaf. Tak berapa lama dia pun mereply,
“iahk gy, ,gak apa2, ,oh ya hari ini berangkat sekolah barengan ya, kakak tunggu di depan. . !”
“hah..berangkat bareng? Kakak kan jauh dari Sukabumi mau ke Parungkuda..? gak usah ya kak, nanti kakak kesiangan masuk sekolahnya..!”
Smsku pun tak dibalas, aku menyimpulkan bahwa kak Inor hanya bergurau. Ketika aku berjalan ke depan gang untuk berangkat sekolah, aku menemukan dua sosok yang tak asing lagi. Aku menatapnya dari atas sampai bawah lalu ke atas lagi (saking tak percaya..hheu). Ternyata itu kak Inor dan kak Billar. Kak Inor lengkap dengan seragam PDH putihnya (SMK), dan kak Billar dengan baju tidurnya yang berwarna biru(hhe..kak Billar bilang bahwa kak Inor datang subuh-subuh ke rumahnya, minta ditemani nunggu nggy di depan gang J).
Masih dengan setengah kaget, aku dan kak Inor pun berangkat sekolah. Di sepanjang perjalanan kami tak berbicara sepatah katapun, yang ada malah saling smsan membahas siapa yang akan mengongkosi :-D. Aku selalu ingat itu kakak.
Tak sampai disitu, kak Inor selalu mengulangi kata bahwa dia menyayangiku lebih dari seorang saudara, namun sekali lagi aku tegaskan kepadanya bahwa aku menyayanginya hanya sebatas teman/saudara, terlebih aku harus menghargai kekasihku, Egi. Jika aku telah berbicara tentang Egi, kak Inor mengerti dengan sikapku dan dia menghargai jawabanku atas keinginannya.
Saat libur Idul Fitri tiba, kira-kira awal desember, aku selalu berlibur ke Puncak (rumah nenek dari mama). Tak disangka kak Inor pun memiliki keluarga di dekat rumah nenekku. Kak Inor berencana berkunjung ke rumah nenekku, aku tak berkeberatan karena niatannya pun baik.
Saat itu hari Rabu diawal Desember, kak Inor mengajakku untuk menikmati suasana perbukitan Puncak, yang letaknya tak jauh dari rumah nenekku. Aku yang tak pernah punya teman di sana, mengiyakan ajakannya. Kemudian aku meminta izin kepada nenek dan tentunya kekasihku. Mereka mengizinkanku, karena mereka tahu keadaanku jika berlibur di sana.
Ketika di perjalanan menuju rumah bu dek nya untuk ikut shalat dzuhur, kami tak pernah berhenti untuk bersenda gurau. Aku serasa memiliki kakak laki-laki yang mampu melindungiku. Setelah selesai shalat, kak Inor bertanya padaku ingin pergi/main kemana. Aku menjawab
“bisa gak kakak ajak nggy ke tempat dimana nggy bisa lihat daerah puncak?”
Dengan tegas dia menjawab, “bisa, ayo..!”.
            Dan benar saja, dia mengajakku ke Agro, daerah perbukitan, dimana aku melihat sekelilingku dengan indah dan tak bisa berkata-kata (speechless..hheu). aku duduk di kursi yang menatap langsung ke depan pemandangan, saat itu dia duduk di sampingku dan berkata,
“nggy, kakak mau kasih lagu buat anggy, ini sebagai ungkapan hati kakak adjha kok”
Aku pun hanya tersenyum, saat MP3 diputar , lagu yang masih akrab ditelingaku sampai saat ini “Kau Puisi_Bondan Fade Two Black”. Seakan semuanya telah diskenariokan, kisahku ini seperti kebanyakkan sinetron. Tapi, suasana seperti itu sangat sempurna untuk dinikmati.
            Tak berapa lama hujan deras turun, dan kami pun menepi ke gazibu untuk berteduh. Sambil menunggu hujan reda, aku dan kak Inor saling bertukar cerita tentang kehidupan kami masing-masing.
“dia, Roni Anugrah anak bungsu dari dua bersaudara, ayahnya seorang pelayar, ibunya aktif di dinas kependudukan, kakaknya perempuan kuliah dan tinggal di Bandung, kak Inor bercita-cita ingin menjadi dokter hewan, karena kegemarannya memelihara hewan, terutama kelinci. Saat itu, kak Inor sedang ternak kelinci, bahkan kangkung dan wortel sebagai makanan kelinci pun dia tanam sendiri.” Aku salut mendengarnya bercerita tanpa henti. Siapapun yang mengenalnya tak kan pernah merasakan aura negatif darinya (like me now.. J). Setelah hujan reda aku mengajaknya untuk pulang, dia mengantarkanku pulang sampai rumah, dan berjanji akan berkunjung kembali.
            Ketika liburan semester sekaligus tahun baru 2011, aku berlibur kembali ke Puncak. Tahun baru Masehi disana begitu meriah. Saat malam tahun baru aku pergi ke Kota Bunga bersama adik dan sepupuku. Tepat pukul 00.00, 01 Januari 2011 terompet ditiup dan kembang api dinyalakan dengan begitu mempesona dan meriah. Setelah perayaan selesai, aku pulang ke rumah, karena hujan rintik mulai turun, tak lama ada sms dari kak Inor,
“haduh. . gy kakak dari Sukabumi ke Puncak sengaja cepet2, udah kena macet, keliling kota bunga cariin nggy, sampai lewat tengah malam gak ketemu, tadinya pengen taun baruan bareng nggy”
            Ya Allah, disitu aku tersentuh dengan pengorbanannya, kak Inor bukan kekasihku, juga bukan yang ku istimewakan dalam hidupku, tapi mengapa dia sebaik itu kepadaku?. Saat itu aku tak bisa membalas smsnya karena aku kehabisan pulsa. Aku diam di teras rumah nenek bersama keluargaku sampai pukul 02.30 WIB berharap dia lewat depan rumah nenek. Tapi dia tak kunjung lewat. Akhirnya tahun baru ini aku lewatkan dengan tak enak hati, dalam hujan rintik yang selalu menemani.
            Setelah kejadian itu, aku lebih sering menerima sms darinya, yang menyatakan bahwa dia benar-benar menyayangiku, dan bersedia menjadi kekasih kedua untukku. Hingga akhirnya aku sudah tak tahan dengan tingkahnya kepadaku, dan aku membalas singkat semua smsnya,
“kalau kakak masih memiliki perasaan itu, lebih baik kakak jangan hubungi nggy dulu..!”
Aku sengaja melakukan itu, dia seorang yang terlalu baik, dan aku tidak mau kehilangan sosoknya. Aku pun jarang membalas telepon dan smsnya, hingga dia datang ke rumah nenekku saat malam sekitar pukul 19.30, dia mengirimiku sms,
“gy, kakak ada di luar rumah nih, , anggy keluar ya. .”
“kakak masuk adjah,,pakai adab bertamu yang benar..”
“kakak Cuma sebentar kok gy, Cuma mau minta maaf”
“yasudah nggy maafkan, sekarang kakak pulang ya, soalnya di luar lagi hujan..!”
“kakak pengen ketemu anggy dulu”
“kalau mau ketemu kakak bertamu adjah, nggy gak bisa keluar, gak enak sama keluarga”
“kakak gak mau, kakak tetap bakal nunggu nggy di luar. .”
Aku tak membalas smsnya lagi, karena aku tertidur.
Keesokan harinya, ku lihat ada 6 sms dari kak Inor yang isinya sama, yaitu “menunggu di bawah rintik hujan”. Ternyata dia pulang dengan basah kuyup, lagi-lagi aku pun merasa bersalah.
            Aku jadi sangat jarang berkomunikasi dengannya setelah sepupu kak Inor yang bernama kak Latif menghubungiku dan meminta nggy untuk memberi kesempatan untuk dapat membahagiakan nggy, dia kasihan melihat kak Inor jadi jarang makan, suka sakit-sakitan pula. Saat itu aku sadar bahwa aku sudah salah memperlakukan kak Inor.
            Aku telepon dia, syukurnya dia mau mengangkat, dengan nada sedikit parau, aku mempercayai bahwa dia memang benar-benar sakit. Aku menyuruhnya untuk makan, dan dia menuruti dengan mudahnya. Aku juga meminta maaf atas perlakuanku selama ini kepadanya, dengan tetap menegaskan bahwa aku tetap tak dapat menerimanya sebagai seorang kekasih. Aku sangat menyayangi kekasihku dan tak pernah ingin menduakannya. Dan dari awal pun aku menyayangi kak Inor hanya sebatas teman/saudara untukku.
            Setelah telepon itu, aku tak mendengar kabarnya lagi, sekitar 2,5 bulan kami lost contact. Aku memberanikan diri untuk mengsmsnya, saat itu sekitar awal bulan April 2011,
“assalamualaikum, duh kakak sombong nie,,kemana adjahk, lagi siapin buat UAN ya kak..”
“waalaikumsalam..iahk nggy, kakak janji sama si papa tahun ini kakak harus lulus, walau sekarang kakak sering keluar masuk Rumah Sakit, tapi kakak akan tetap berusaha”
“kakak sakit apa gitu? Maaf ya kalau nggy mengganggu kak”
“biasa, ginjal kakak kambuh lagi nggy, tapi udah gak apahk2, gak ganggu kok”
“bener nie gg apah2..?, yaudah nggy doain semoga kakak cepat sembuh iah, nggy doain juga moga kita lulus barengan tahun ini J
“makasihk yahk nggy, kakak senang bisa kenal nggy”
“sama-sama kak..!”
            Ketika akhir bulan April kak Inor mengsmsku
“nggy, punya teman yang golongan darah O gak. . ?”
“golongan darah nggy O, kenapa kak..?”
“kakak butuh darah gy, bisa bantu kakak gak, di umah Sakit labu darah lagi kosong”
“kakak, nggy mau-mau adjah bantu, Cuma apa nggy bisa..?kan gak gampang juga, ada tahap-tahapnya, terlebih nggy juga punya penyakit dalam”
“oh iahk, kakak lupa, tapi gak apahk2 gy, yang penting ada”
“iah, tapi buat apah kak, sampe pakai darah, ginjal kakak udah parah bukan..?”
“pokoknya nanti kalau kakak sembuh kakak pasti ceritakan ke nggy ya”
            Saat itu aku sangat ingin membantunya, namun Allah berkehendak lain, Ia menurunkan cobaan penyakit untukku selama 1 minggu. Aku meminta maaf kepada kak Inor karena aku tak jadi membantunya. Dia pun berkata tidak apa-apa karena sudah tidak membutuhkan lagi. Saat itu aku mulai merasa aneh, namun ku pendam keanehan itu sendiri. aneh karena merasa ada yang kak Inor sembunyikan dariku, aneh karena dia lebih tertutup daripada sebelumnya, dan masih banyak keanehan lainnya.
Bulan April hingga awal mei adalah bulan tersulit untuk kami sebagai siswa kelas XII menghadapi UAN 2012. Hingga tak ada waktu untuk memberi kabar satu sama lain. Sesekali, Egi pun sering menanyakan tentang kak Inor kepadaku. Dia memang kekasih yang mengerti apa yang sedang terjadi kepadaku saat itu. J
Selesai UAN dan menunggu hasilnya, aku menghubungi kak Inor, saat itu aku masih ingat tanggal 07 Mei 2011, aku mengirim sms motivasi untuknya bahwa tetap optimis menjalani kehidupan, kita pasti lulus tahun ini. Namun, dia hanya membalas singkat smsku,
“kakak sayang anggy”
“maksudnya kak..?”
Dia tak membalas lagi smsku.
            Hingga seminggu kemudian, waktu pengumuman hasil UAN, tanggal 15 Mei 2011, pagi-pagi buta aku sms kak Inor,
“kakak, semangat ya untuk hari ini yang menentukan masa depanmu, nggy yakin hari ini hari bahagia untuk kakak J
Namun, tak ada balasan darinya. Aku menyangka mungkin dia tengah bersia-siap berangkat sekolah.
            Beberapa menit kemudian, teman SMP ku yang bernama Alvin Rafiansyah meneleponku, meminta doa dariku dan menyabarkanku akan sesuatu yang membuatku kaget,
“oh iah gy, kenal si Roni kan?, dia meninggal nggy tadi malam jam 20.00, di RS.Kartika”
Pagi yang seharusnya aku bahagia karena menunggu kabar dari kak Inor, berubah mendadak menjadi lemas, untuk bernafas pun sulit, butiran air mata dengan mudah menetes membasahi pipiku, pagi yang mendung itu membuatku tak berdaya menerima kenyataan itu.
            Langsung ku telepon no.Kak Inor, lama tak diangkat teleponku, terdengar riuh suara tangisan dan suara kak Latif,
“Hallo, nggy..maafin Roni ya kalau banyak salah, nanti kakak telepon balik, kakak lai tenangin keluarganya Roni dulu”
Seketika itupun teleponnya dimatikan tanpa bisa ku menanyakan kenapa. Aku hanya bisa menangis pagi itu, hingga mataku sembab dan mama pun menanyakan kenapa aku menangis. Setelah ku ceritakan, ternyata mama ikut menangis. Mama sudah menganggap kak Inor sebagai anaknya, karena kak Inor begitu baik kepadaku.
            Tak ku sangka kepergiannya secepat ini, tak ku sangka dia meninggalkanku begitu saja dalam keadaan bersalahku, tak kusangka aku tak dapat mendengar kata LULUS dari suaranya, ta ku sangka aku telah kehilangannya, tak kusangka ku tak bisa menjadi saudara yang baik untuknya. Maafkan aku kakak, aku tak pernah bisa mewujudkan keinginanmu untuk menjadi kekasihmu, karena ku takut kehilanganmu, namun ternyata mengapa kehilanganmu terjadi ketika ku tak menjadi kekasihmu?.
            5 hari setelah kabar duka itu, aku baru bisa mengunjungi keluarganya yang ada di Sukabumi. Disambut kak Latif, aku diajak ke saung di belakang rumah alm.kak Inor. Terlihat ibu alm.Kak Inor di sana bersama teman kerjanya, kak Latif pun memperkenalkanku kepada ibunya alm, “wa, ini yang namanya Anggy”, aku pun bersalaman, dan ibu pun memperhatikanku sejenak, beliau bercderita banyak tentang almarhum kepadaku.
Dari ternak kelincinya yang kini tak tersisa satupun karena meninggal, kebun kangkung dan wortelnya, tanaman-tanaman yang dia tanam, hingga 1 minggu kegiatannya sebelum kak Inor meninggal. “si dede teh neng anggy, banyak mintanya, kan waktu hari kamis tanggal 11 Mei 2011 perpisahan, dia milih jas warna item sama kemeja warna putih, mama nanya ke dia ‘kuat dede ke perpisahan?’ jangan dipaksain de, ‘dede kuat mama, dede mau perpisahan sama teman-teman dan guru dede’. Udah pulang dari perpisahan, dia minta dibeliin nasi padang, terus nasi bakar kesukaannya, tumben banget habis, yang terakhir beli ice cream, makannya gak karuan udah berceceran ke sudut-sudut mulutnya, pokoknya mama turutin semua maunya dia, soalnya mama ingat pembicaraan sama dokter, bahwa si dede udah gak ada harapan lagi, mama disuruh berdoa aja”
Mengapa tak kau ceritakan keluhanmu kepadaku, mata dan kukumu yang menguning, ku tak menyadari kau memendam rahasia kakak, mengapa tak kau ceritakan penyakitmu kepadaku kakak......! :’(. Air mata ini tak terbendung lagi ketika ku melihat batu nisan bertuliskan “Roni Anugrah”. Tahukah saat itu aku berharap apa kakak?,
“Ya Allah, aku berharap ini hanya mimpi buruk, bangunkan aku Ya Allah, aku tak sanggup menerima semua ini, sadarkan aku Ya Allah bahwa dia tak pergi meninggalkanku.”, namun ternyata ini nyata. Aku melihat ibumu pingsan dengan seringnya karena tak kuat ditinggalkanmu, aku melihat ayahmu menangis menceritakan semua kebaikanmu kakak, aku melihat diriku menahan tangisan ini kakak, dan aku melihat hujan menahanku di rumahmu untuk waktu yang cukup lama.
Selamat jalan kakakku, kenanganmu kekal dalam benakku, sebagai seorang kakak dalam hidup dan kehidupanku. Terima kasih kakak. Nggy menyayangi kakak.
Presented for my brother
 “Roni Anugrah (26 Juni 1990-14 Mei 2011)”

 KAIZEN^^"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar