Senin, 06 Agustus 2012

temukan makna dibalik membaca


Temukan Makna Dibalik Membaca
Ketika sedang merenung seperti ini, aku jadi teringat peristiwa lucu semasa kecil dulu. Saat  itu aku duduk di bangku TK 0 (nol) besar. Aku masih tidak mengerti ini dan itu, namun yang sangat aku sadari waktu itu adalah ketertarikanku pada mengeja kata. Saking tertariknya dengan hal baru dalam hidupku tersebut, sehabis pulang sekolah, aku yang hanya menggunakan pakaian dalam dengan gaya tengkurap di atas karpet sambil menahan dagu dengan tangan kiriku, aku membuka lembar demi lembar majalah edisi bulanan dari sekolah, aku mengeja kata demi kata lalu aku berpikir sejenak untuk menemukan maksud dari kata-kata itu. saat aku tak paham, ada mama yang senantiasa membimbingku, walau pada saat itu mama sedang memasak, beliau selalu memberitahuku tentang maksud dari kata-kata yang ku eja.
Tak hanya sampai di TK ketertarikan ku untuk mengenal lebih jauh tentang kata-kata. Beranjak ke MI, aku baru mengetahui bahwa kumpulan kata-kata itu disebut dengan kalimat. Hal yang paling ku ingat tentang kalimat adalah ketika pertama kali aku belajar tentang puisi. Puisi menurut asumsiku pribadi saat itu adalah kalimat bermakna. Tidak semua orang dapat memaknai sebuah puisi, termasuk aku. Ada kesulitan ketika aku belajar untuk membuat puisi. Mungkin karena aku terlalu banyak berpikir harus seperti apa dan bagaimana. Walau sampai saat ini aku tidak pandai membuat “si kalimat bermakna”, tapi aku selalu menyukainya. Standar anak MI membuat puisi, ya..Pasti sudah banyak yang tahu. Menceritakan banyak pengalaman mereka dalam bait-bait, yang satu sama lainnya mudah ditebak suasana hati si penulisnya. ^^”
Masa SMP dan MA ku tidak jauh berbeda di sana bisa ku temukan banyak keunikan dalam rangkaian kalimat yang bisa ku sebut paragraf. Di SMP ku temukan LKS (Lembar Kerja Siswa), itu menjadi konsumsi wajib bagi para siswa. Jika ingin dijadikan beban, maka memang benar itu akan jadi sebuah beban. Tapi jika dinikmati maka ilmu yang didapatkan pun tidak ada yang sia-sia. Dalam LKS tidak sedikit ilmu yang bisa aku dapatkan, namun tak sedikit juga ilmu yang aku lewat begitu saja (karena lupa..hheu). sifat buruk yang aku miliki ini tak patut untuk dicontoh.
Semasa MA aku lebih tertarik untuk membaca novel-novel fiksi. salah satu novel yang terkenang sampai saat ini adalah novel yang dipinjamkan sahabatku Stephanie Bamayi, ia memberi pinjam novel karangan Tasaro GK. Yang berjudul “Galaksi Kinanthi”. Awalnya aku tak begitu tertarik karena jumlah halaman yang sangat tebal , coba kuingat-ingat, emp..sekitar 542 halaman. Namun, ketika aku membaca sinopsis dan melihat begitu menariknya sampul buku itu maka aku putuskan untuk meminjamkannya.
Sangat ku ingat dengan jelas alur ceritanya hingga kini, dimana Kinanthi merupakan gadis dari Desa Gunung Kidul, Yogyakarta, kehidupan yang sangat pahit dia alami sebagai gadis sebatang kara yang ketika itu hanya bersahabat dengan Ajuj seorang anak kyai terpandang di kampungnya namun tetap bersahaja dan baik hati. Dalam memenuhi hidupnya kinanthi rela menjadi pembantu rumah tangga, hingga memecah batu di perbukitan bersama dengan Ajuj. Liku hidupnya tak semudah yang dibayangkan, ia berpikir bahwa dengan dia hidup di tempat tinggalnya kini ia tak akan menemukan kemajuan dalam hidupnya.
 Lalu seketika itu ia putuskan untuk pergi merantau meninggalkan kampungnya yang gersang dan sahabat kecilnya, Ajuj. Meninggalkan cibiran orang tentangnya yang dianggap tak layak untuk berteman dengan Ajuj karena perbedaan status mereka. Saat mereka akan berpisah, mereka diam-diam bertemu untuk menjanjikan satu hal, bahwa baik Ajuj maupun Kinanthi akan sama-sama mengirim kabar setiap bulannya, dan kelak nanti mereka akan bertemu di tempat mereka berpisah saat itu (padang ilalang dengan bertabur bintang, satu rasi bintangnya Ajuj beri nama Galaksi Kinanthi). Singkat cerita, Kinanthi tumbuh menjadi perempuan yang sangat cerdas, beretika, elegan, dsb. Tidak mudah ia mencapai hal tersebut, perlu perjuangan dan pengorbanan yang tak sesederhana kehidupan orang yang memiliki harta dan tahta.
 Sesampainya ia di Jakarta, ia pergi ke panti asuhan, surat pertama ia kirim untuk Ajuj, hingga Ajuj tahu keadaannya. Untuk beberapa bulan mereka masih saling bertukar surat, namun ketika Kinanthi menjadi TKW dan melarikan diri dari majikan karena hampir dilecehkan, hingga dia merasa tak ada tempat yang lebih aman yaitu kembali ke panti asuhan. Dia menanyakan kepada ibu panti, adakah surat untuknya, namun ibu panti menjawab tidak ada. Kinanthi berpikir bahwa Ajuj telah melupakannya. Walau Ajuj tak pernah membalas surat darinya, ia tetap mengirimi surat dengan dikirim ke alamat yang sama, tak sedikitpun kisah hidupnya yang tak dia ceritakan pada Ajuj.
Tak lama berada di panti, Dia diangkat oleh sebuah keluarga yang terlihat baik dan ingin mengurusnya, namun kenyataannya ia malah dijual ke germo untuk dijadikan PSK. Tak sudi dijadikan PSK ia kabur dan kembali menjadi TKW di Amerika, nasib Kinanthi memang kurang mujur, ia mendapatkan perlakuan kasar dari majikannya. Awalnya ia sabar menghadapi, namun, ia tak tahan lagi dan pergi ke KEDUBES RI untuk Amerika. Di sana ia bertemu dengan Zaxi, seseorang yang sangat peduli pada kehidupan Kinanthi. Sehingga Kinanthi dapat menjadi manusia yang tak pernah ia bayangkan sendiri sebelumnya.di satu sisi ia dilamar oleh Zaki, seseorang yang telah banyak membantu hidupnya. Namun di sisi lain ia merindukan sosok sahabat kecilnya, Ajuj. ceritanya belum selesai sampai disitu. Ada hal yang sangat membuat terharu dengan persahabatan kinanthi dan Ajuj sedari kecil dalam bertumpuk surat yang ternyata selalu mereka kirim. Dan tentunya akan lebih seru jika kita membacanya sendiri.hehe..
Ketertarikanku membaca novel berawal saat itu. novel-novel yang aku senangi saat itu adalah novel-novel remaja yang ceritanya masih ringan baik dalam segi bahasa, masalah dan problem solvingnya. Cerita yang sedikitnya memberiku cerminan dalam menjalani kehidupan sebagai remaja putri yang masih labil. Ku akui bukannya aku membaca buku tentang keagamaan seperti kitab-kitab dan sejarah tentang agamaku. Namun, yang ku tahu pasti saat itu sebenarnya aku ingin belajar hal tersebut, bahkan sampai sekarang pun aku tetap menginginkan untuk belajar hal-hal tersebut. Satu hal yang membuatku tersendat untuk hal itu adalah “guru agama”. Menurutku, memilih guru yang benar-benar  untuk din ku tidak mudah, aku takut salah memilih guru, tapi aku sadari jikalau aku terus takut, kapan aku akan mendapatkannya. Memang tidak mudah, bahkan sampai saat ini pun aku belum bertemu guru tersebut.
Saat kuliah, hobi membacaku meningkat, mengenal orang-orang yang sangat hobi membaca pula. Senior-seniorku di kampus dan di organisasi HmI memberiku banyak saran dalam hal membaca, seperti aku harus rajin membaca koran setiap hari, membeli beberapa buku hingga memungkinkan aku memiliki rak buku sendiri, aktif di perpustakaan, dan lain sebagainya. Untuk membaca koran setiap hari, aku lakukan itu bahkan aku mulai berencana berlangganan koran bulanan. Kalau membeli buku, aku pasti selalu menyempatkan untuk menyisihkan uang sakuku setiap bulan, buku yang ku beli pun kini bukan buku-buku novel lagi, tapi buku-buku yang lebih mengarah pada sisi pemikiran dan perasaanku, ya, walau terkadang ketika membeli buku aku sempatkan membeli satu novel, J semuanya karena motivasi para seniorku, dan memang kebutuhanku untuk perkuliahan juga, hhee. Aktif di perpustakaan, jangan ditanya lagi, mau perpustakaan manapun asal bukunya dapat dibaca, ayo ayo saja.
Sekarang aku lebih betah berada di toko buku, membaca buku yang menjadi sample untuk dijual, atau terkadang memberi ciri kepada buku yang ingin ku beli ketika aku punya uang yang cukup J. Seperti beberapa minggu yang lalu, awalnya aku pergi ke kota untuk silaturahim dengan kawan-kawan kohati dari STAI Syamsul Ulum, namun dengan alasan ini dan itu, mereka mendadak membatalkan silaturahim tersebut, sementara aku saat itu sudah berada di kota. Awalnya aku bingung harus kemana dan mau apa, namun aku putuskan untuk pergi ke salah satu toko buku di kota, tak terasa aku menghabiskan 3 jam untuk berada di toko buku itu, namun ada satu buku yang ku beli yaitu the science of shalat, dan dua buku yang ku beri ciri yaitu fikih muslimah dan Perempuan Pencari Tuhan, semoga nanti jika uangku terkumpul dan cukup, aku akan kembali untuk membeli buku tersebut.
Buku yang ku beli saat itu berjudul “The Science of Shalat”, ketertarikan muncul ketika aku melihat judul buku dalam sampul depan, warna sampul yang kalem, sinopsinya tak lupa ku baca, ku lihat daftar isi yang tertera di dalam sample buku, satu kata dalam pikiranku, “menarik”. Satu hal yang menjadi daya tarikku adalah buku ini bisa memotivasiku dalam melakukan ibadah wajib dan sunnah. Bisa aku berikan motivasi ini terutama untuk keluargaku (orangtua, dan adik-adikku terkasih), sahabat-sahabatku, dsb. Setidaknya ada hal yang dapat dibagikan dalam buku ini. Lembar demi lembarnya ku baca, ketakjuban atas kandungan science yang ada dalam shalat, setiap geraknya bermanfaat, setiap geraknya menyehatkan, setiap geraknya adalah filosofi dalam kehidupan kita sebagai hamba-Nya yang tiada daya dan upaya. Walau aku menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna membahas secara detail tentang science dalam shalat, namun ku akui, aku belajar banyak hal baru dalam buku ini. J
Kini ku menyadari semuanya bertahap, aku tak bisa langsung menyukai hal yang asing dan sulit untuk ku pahami, namun kadang dengan keterpaksaan dan kebutuhan, itu semua akan mudah dikuasai. Begitu pun dengan hobiku membaca novel, awalnya tidak pernah ku sadari, namun semakin kemari aku berpikir jangan hanya mencari kenyamanan dalam hobimu, tapi cari juga hal lain yang dapat merubah dirimu menjadi lebih baik lagi dari apa yang kamu baca.
Semoga bermanfaat (maaf banyak curhatnya :-D)

KAIZEN^^"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar