Temukan
Makna Dibalik Membaca
Ketika
sedang merenung seperti ini, aku jadi teringat peristiwa lucu semasa kecil
dulu. Saat itu aku duduk di bangku TK 0 (nol)
besar. Aku masih tidak mengerti ini dan itu, namun yang sangat aku sadari waktu
itu adalah ketertarikanku pada mengeja kata. Saking tertariknya dengan hal baru
dalam hidupku tersebut, sehabis pulang sekolah, aku yang hanya menggunakan
pakaian dalam dengan gaya tengkurap di atas karpet sambil menahan dagu dengan
tangan kiriku, aku membuka lembar demi lembar majalah edisi bulanan dari
sekolah, aku mengeja kata demi kata lalu aku berpikir sejenak untuk menemukan
maksud dari kata-kata itu. saat aku tak paham, ada mama yang senantiasa
membimbingku, walau pada saat itu mama sedang memasak, beliau selalu
memberitahuku tentang maksud dari kata-kata yang ku eja.
Tak
hanya sampai di TK ketertarikan ku untuk mengenal lebih jauh tentang kata-kata.
Beranjak ke MI, aku baru mengetahui bahwa kumpulan kata-kata itu disebut dengan
kalimat. Hal yang paling ku ingat tentang kalimat adalah ketika pertama kali
aku belajar tentang puisi. Puisi menurut asumsiku pribadi saat itu adalah
kalimat bermakna. Tidak semua orang dapat memaknai sebuah puisi, termasuk aku.
Ada kesulitan ketika aku belajar untuk membuat puisi. Mungkin karena aku
terlalu banyak berpikir harus seperti apa dan bagaimana. Walau sampai saat ini
aku tidak pandai membuat “si kalimat bermakna”, tapi aku selalu menyukainya.
Standar anak MI membuat puisi, ya..Pasti sudah banyak yang tahu. Menceritakan
banyak pengalaman mereka dalam bait-bait, yang satu sama lainnya mudah ditebak
suasana hati si penulisnya. ^^”
Masa
SMP dan MA ku tidak jauh berbeda di sana bisa ku temukan banyak keunikan dalam
rangkaian kalimat yang bisa ku sebut paragraf. Di SMP ku temukan LKS (Lembar
Kerja Siswa), itu menjadi konsumsi wajib bagi para siswa. Jika ingin dijadikan
beban, maka memang benar itu akan jadi sebuah beban. Tapi jika dinikmati maka
ilmu yang didapatkan pun tidak ada yang sia-sia. Dalam LKS tidak sedikit ilmu
yang bisa aku dapatkan, namun tak sedikit juga ilmu yang aku lewat begitu saja
(karena lupa..hheu). sifat buruk yang aku miliki ini tak patut untuk dicontoh.
Semasa
MA aku lebih tertarik untuk membaca novel-novel fiksi. salah satu novel yang
terkenang sampai saat ini adalah novel yang dipinjamkan sahabatku Stephanie
Bamayi, ia memberi pinjam novel karangan Tasaro GK. Yang berjudul “Galaksi Kinanthi”. Awalnya aku tak
begitu tertarik karena jumlah halaman yang sangat tebal , coba kuingat-ingat,
emp..sekitar 542 halaman. Namun, ketika aku membaca sinopsis dan melihat begitu
menariknya sampul buku itu maka aku putuskan untuk meminjamkannya.
Sangat
ku ingat dengan jelas alur ceritanya hingga kini, dimana Kinanthi merupakan
gadis dari Desa Gunung Kidul, Yogyakarta, kehidupan yang sangat pahit dia alami
sebagai gadis sebatang kara yang ketika itu hanya bersahabat dengan Ajuj
seorang anak kyai terpandang di kampungnya namun tetap bersahaja dan baik hati.
Dalam memenuhi hidupnya kinanthi rela menjadi pembantu rumah tangga, hingga memecah
batu di perbukitan bersama dengan Ajuj. Liku hidupnya tak semudah yang
dibayangkan, ia berpikir bahwa dengan dia hidup di tempat tinggalnya kini ia
tak akan menemukan kemajuan dalam hidupnya.
Lalu seketika itu ia putuskan untuk pergi
merantau meninggalkan kampungnya yang gersang dan sahabat kecilnya, Ajuj.
Meninggalkan cibiran orang tentangnya yang dianggap tak layak untuk berteman
dengan Ajuj karena perbedaan status mereka. Saat mereka akan berpisah, mereka
diam-diam bertemu untuk menjanjikan satu hal, bahwa baik Ajuj maupun Kinanthi
akan sama-sama mengirim kabar setiap bulannya, dan kelak nanti mereka akan
bertemu di tempat mereka berpisah saat itu (padang ilalang dengan bertabur
bintang, satu rasi bintangnya Ajuj beri nama Galaksi Kinanthi). Singkat cerita,
Kinanthi tumbuh menjadi perempuan yang sangat cerdas, beretika, elegan, dsb.
Tidak mudah ia mencapai hal tersebut, perlu perjuangan dan pengorbanan yang tak
sesederhana kehidupan orang yang memiliki harta dan tahta.
Sesampainya ia di Jakarta, ia pergi ke panti
asuhan, surat pertama ia kirim untuk Ajuj, hingga Ajuj tahu keadaannya. Untuk
beberapa bulan mereka masih saling bertukar surat, namun ketika Kinanthi menjadi
TKW dan melarikan diri dari majikan karena hampir dilecehkan, hingga dia merasa
tak ada tempat yang lebih aman yaitu kembali ke panti asuhan. Dia menanyakan
kepada ibu panti, adakah surat untuknya, namun ibu panti menjawab tidak ada.
Kinanthi berpikir bahwa Ajuj telah melupakannya. Walau Ajuj tak pernah membalas
surat darinya, ia tetap mengirimi surat dengan dikirim ke alamat yang sama, tak
sedikitpun kisah hidupnya yang tak dia ceritakan pada Ajuj.
Tak
lama berada di panti, Dia diangkat oleh sebuah keluarga yang terlihat baik dan
ingin mengurusnya, namun kenyataannya ia malah dijual ke germo untuk dijadikan
PSK. Tak sudi dijadikan PSK ia kabur dan kembali menjadi TKW di Amerika, nasib
Kinanthi memang kurang mujur, ia mendapatkan perlakuan kasar dari majikannya.
Awalnya ia sabar menghadapi, namun, ia tak tahan lagi dan pergi ke KEDUBES RI
untuk Amerika. Di sana ia bertemu dengan Zaxi, seseorang yang sangat peduli
pada kehidupan Kinanthi. Sehingga Kinanthi dapat menjadi manusia yang tak
pernah ia bayangkan sendiri sebelumnya.di satu sisi ia dilamar oleh Zaki,
seseorang yang telah banyak membantu hidupnya. Namun di sisi lain ia merindukan
sosok sahabat kecilnya, Ajuj. ceritanya belum selesai sampai disitu. Ada hal
yang sangat membuat terharu dengan persahabatan kinanthi dan Ajuj sedari kecil
dalam bertumpuk surat yang ternyata selalu mereka kirim. Dan tentunya akan
lebih seru jika kita membacanya sendiri.hehe..
Ketertarikanku
membaca novel berawal saat itu. novel-novel yang aku
senangi saat itu adalah novel-novel remaja yang ceritanya masih ringan baik
dalam segi bahasa, masalah dan problem
solvingnya. Cerita yang sedikitnya memberiku cerminan dalam menjalani
kehidupan sebagai remaja putri yang masih labil. Ku akui bukannya aku membaca
buku tentang keagamaan seperti kitab-kitab dan sejarah tentang agamaku. Namun,
yang ku tahu pasti saat itu sebenarnya aku ingin belajar hal tersebut, bahkan
sampai sekarang pun aku tetap menginginkan untuk belajar hal-hal tersebut. Satu
hal yang membuatku tersendat untuk hal itu adalah “guru agama”. Menurutku,
memilih guru yang benar-benar untuk din ku
tidak mudah, aku takut salah memilih guru, tapi aku sadari jikalau aku terus
takut, kapan aku akan mendapatkannya. Memang tidak mudah, bahkan sampai saat
ini pun aku belum bertemu guru tersebut.
Saat
kuliah, hobi membacaku meningkat, mengenal orang-orang yang sangat hobi membaca
pula. Senior-seniorku di kampus dan di organisasi HmI memberiku banyak saran
dalam hal membaca, seperti aku harus rajin membaca koran setiap hari, membeli
beberapa buku hingga memungkinkan aku memiliki rak buku sendiri, aktif di perpustakaan,
dan lain sebagainya. Untuk membaca koran setiap hari, aku lakukan itu bahkan
aku mulai berencana berlangganan koran bulanan. Kalau membeli buku, aku pasti
selalu menyempatkan untuk menyisihkan uang sakuku setiap bulan, buku yang ku
beli pun kini bukan buku-buku novel lagi, tapi buku-buku yang lebih mengarah
pada sisi pemikiran dan perasaanku, ya, walau terkadang ketika membeli buku aku
sempatkan membeli satu novel, J
semuanya karena motivasi para seniorku, dan memang kebutuhanku untuk perkuliahan
juga, hhee. Aktif di perpustakaan, jangan ditanya lagi, mau perpustakaan
manapun asal bukunya dapat dibaca, ayo ayo saja.
Sekarang
aku lebih betah berada di toko buku, membaca buku yang menjadi sample untuk
dijual, atau terkadang memberi ciri kepada buku yang ingin ku beli ketika aku
punya uang yang cukup J. Seperti beberapa minggu yang
lalu, awalnya aku pergi ke kota untuk silaturahim dengan kawan-kawan kohati
dari STAI Syamsul Ulum, namun dengan alasan ini dan itu, mereka mendadak
membatalkan silaturahim tersebut, sementara aku saat itu sudah berada di kota.
Awalnya aku bingung harus kemana dan mau apa, namun aku putuskan untuk pergi ke
salah satu toko buku di kota, tak terasa aku menghabiskan 3 jam untuk berada di
toko buku itu, namun ada satu buku yang ku beli yaitu the science of shalat,
dan dua buku yang ku beri ciri yaitu fikih muslimah dan Perempuan Pencari Tuhan,
semoga nanti jika uangku terkumpul dan cukup, aku akan kembali untuk membeli
buku tersebut.
Buku
yang ku beli saat itu berjudul “The Science
of Shalat”, ketertarikan muncul ketika aku melihat judul buku dalam sampul
depan, warna sampul yang kalem, sinopsinya tak lupa ku baca, ku lihat daftar
isi yang tertera di dalam sample buku, satu kata dalam pikiranku, “menarik”.
Satu hal yang menjadi daya tarikku adalah buku ini bisa memotivasiku dalam
melakukan ibadah wajib dan sunnah. Bisa aku berikan motivasi ini terutama untuk
keluargaku (orangtua, dan adik-adikku terkasih), sahabat-sahabatku, dsb.
Setidaknya ada hal yang dapat dibagikan dalam buku ini. Lembar demi lembarnya
ku baca, ketakjuban atas kandungan science
yang ada dalam shalat, setiap geraknya bermanfaat, setiap geraknya
menyehatkan, setiap geraknya adalah filosofi dalam kehidupan kita sebagai
hamba-Nya yang tiada daya dan upaya. Walau aku menyadari bahwa buku ini masih
belum sempurna membahas secara detail tentang science dalam shalat, namun ku akui, aku belajar banyak hal baru
dalam buku ini. J
Kini
ku menyadari semuanya bertahap, aku tak bisa langsung menyukai hal yang asing
dan sulit untuk ku pahami, namun kadang dengan keterpaksaan dan kebutuhan, itu
semua akan mudah dikuasai. Begitu pun dengan hobiku membaca novel, awalnya
tidak pernah ku sadari, namun semakin kemari aku berpikir jangan hanya mencari
kenyamanan dalam hobimu, tapi cari juga hal lain yang dapat merubah dirimu
menjadi lebih baik lagi dari apa yang kamu baca.
Semoga bermanfaat (maaf banyak curhatnya
:-D)
KAIZEN^^"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar