Bukan untuk Dilupakan Tapi untuk Diikhlaskan
Entah
mengapa memori ini selalu terlintas dalam benak dan pikiranku. Ketika musim
hujan turun di akhir tahun, aku teringat akan seseorang yang mengajariku banyak
hal. Begitu indahnya memberikan kasih sayang, mengajariku untuk bersabar dan
selalu bersabar untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tanpa kenal lelah dan
tanpa memikirkan sesuatu yang sedang terjadi pada dirinya sendiri.
Ya, dia
yang menyayangiku, dia yang begitu kerasnya menginginkanku, setia menungguku
dan tak pernah lelah untuk mendapatkan hatiku, walau saat itu dia tahu bahwa
aku memiliki kekasih dan aku tidak menginginkannya. Namun, ia tetap tulus untuk
menyayangiku lebih dari seorang saudara.
Roni
Anugrah (Inor Harguna), lahir di Bogor, 26 Juni 1990. Aku mengenalnya lewat salah
seorang teman sekaligus kakak untukku, yaitu Billar Unggaran. Saat itu, kak
Inor sedang ada tugas dari sekolahnya (PKL), di tempat pemotongan hewan ternak
Palagan, Bojongkokosan. Selama PKL kak Inor kost dekat rumah kak Billar.
Ketika kak
Billar meneleponku, kak Billar berkata bahwa ada temannya yang ingin berkenalan
denganku, aku pun tak keberatan jika bisa menjalin tali silaturahmi. Sejak saat
itu kita berteman, tepatnya akhir Agustus 2010. Suaranya di telepon selalu
membuatku tertawa, suara yang unik. Bahkan sampai saat ini pun tak ada yang
menyamai suaranya.
Kita lebih
banyak berkomunikasi lewat media handphone, salah satunya karena kendala jarak,
dan ketidakbebasanku untuk pergi keluar rumah. Sekitar 2 minggu setelah
berkenalan, kak Inor menawariku untuk berbisnis laptop, karenatak jelas
membicarakan urusan bisnis di handphone, maka dia pun berencana ke rumahku
bersama kak Billar. (maybe that one of trick..hee i’m sorry my brother), aku
mengizinkan mereka untuk ke rumah, tentunya dengan seizin orang rumah juga.
Hari itu
hujan turun sekitar pukul 17.45, meskipun hanya rintik-rintik, aku melihatnya
di bawah hujan. Setelah masuk rumah, kita bertiga pun berbincang-bincang, tak
lama mamaku datang dan bergabung dalam perbincangan kami. Tak ku sangka mama cepat
sekali akrab dengan kak Inor. Aku senang jika mamaku dekat dengan
teman-temanku. J
Setelah
urusan selesai, mereka pamit pulang. Satu sms yang ku terima setelah pertama
kali bertemu dengan kak Inor, “nggy, ,kakak senang bisa ke rumah, ,nggy cantik
ihk . .J”
begitu katanya. Saat itu hubungan kami semakin erat sebagai saudara. Namun, tak
ku sangka, ternyata kak Inor menyimpan perasaan lebih dari seorang saudara
kepadaku. Ia menyayangiku sebagai seorang perempuan, bukan sebagai
teman/saudaranya.
Saat itu semua
berubah, aku mulai menjaga jarak dengannya tanpa bermaksud menghindarinya. Dan
saat itu pula kisah-kisahku selama 10 bulan berawal. Pengorbanannya pun begitu
terasa, bahkan hingga saat ini.
Setelah
PKLnya selesai ia pun kembali lagi ke kota Sukabumi. Sejak saat itu kita jarang
sekali bertemu. Inilah beberapa pertemuanku dengannya yang sangat berkesan
dalam hidupku.
Pertama,
aku teringat ketika subuh hari kak Inor membangunkanku dengan smsnya, saat itu
pukul 03.00 WIB. Begini isi smsnya:
“nggy bangun, , udah pagi. .”
“masih jam 3 kak, kakak gak
tidur iah..?”
“iahk gy, ,kakak gak bisa
tidur. .”
Aku tertidur kembali,
setelah adzan subuh aku terbangun dan melihat 10 pesan yang belum ku buka.
Semua pesan itu dari kak Inor yang isinya sama,
“nggy jangan tidur lagi,
,kita smsan ajahk. .”
Aku pun cepat membalas dan
meminta maaf. Tak berapa lama dia pun mereply,
“iahk gy, ,gak apa2, ,oh ya
hari ini berangkat sekolah barengan ya, kakak tunggu di depan. . !”
“hah..berangkat bareng?
Kakak kan jauh dari Sukabumi mau ke Parungkuda..? gak usah ya kak, nanti kakak
kesiangan masuk sekolahnya..!”
Smsku pun tak dibalas, aku
menyimpulkan bahwa kak Inor hanya bergurau. Ketika aku berjalan ke depan gang
untuk berangkat sekolah, aku menemukan dua sosok yang tak asing lagi. Aku
menatapnya dari atas sampai bawah lalu ke atas lagi (saking tak percaya..hheu).
Ternyata itu kak Inor dan kak Billar. Kak Inor lengkap dengan seragam PDH
putihnya (SMK), dan kak Billar dengan baju tidurnya yang berwarna biru(hhe..kak
Billar bilang bahwa kak Inor datang subuh-subuh ke rumahnya, minta ditemani
nunggu nggy di depan gang J).
Masih
dengan setengah kaget, aku dan kak Inor pun berangkat sekolah. Di sepanjang
perjalanan kami tak berbicara sepatah katapun, yang ada malah saling smsan
membahas siapa yang akan mengongkosi :-D. Aku selalu ingat itu kakak.
Tak sampai
disitu, kak Inor selalu mengulangi kata bahwa dia menyayangiku lebih dari
seorang saudara, namun sekali lagi aku tegaskan kepadanya bahwa aku
menyayanginya hanya sebatas teman/saudara, terlebih aku harus menghargai
kekasihku, Egi. Jika aku telah berbicara tentang Egi, kak Inor mengerti dengan
sikapku dan dia menghargai jawabanku atas keinginannya.
Saat libur
Idul Fitri tiba, kira-kira awal desember, aku selalu berlibur ke Puncak (rumah
nenek dari mama). Tak disangka kak Inor pun memiliki keluarga di dekat rumah
nenekku. Kak Inor berencana berkunjung ke rumah nenekku, aku tak berkeberatan
karena niatannya pun baik.
Saat itu
hari Rabu diawal Desember, kak Inor mengajakku untuk menikmati suasana
perbukitan Puncak, yang letaknya tak jauh dari rumah nenekku. Aku yang tak
pernah punya teman di sana, mengiyakan ajakannya. Kemudian aku meminta izin
kepada nenek dan tentunya kekasihku. Mereka mengizinkanku, karena mereka tahu
keadaanku jika berlibur di sana.
Ketika di
perjalanan menuju rumah bu dek nya untuk ikut shalat dzuhur, kami tak pernah
berhenti untuk bersenda gurau. Aku serasa memiliki kakak laki-laki yang mampu
melindungiku. Setelah selesai shalat, kak Inor bertanya padaku ingin pergi/main
kemana. Aku menjawab
“bisa gak kakak ajak nggy ke
tempat dimana nggy bisa lihat daerah puncak?”
Dengan tegas dia menjawab,
“bisa, ayo..!”.
Dan benar saja, dia mengajakku ke Agro, daerah
perbukitan, dimana aku melihat sekelilingku dengan indah dan tak bisa
berkata-kata (speechless..hheu). aku duduk di kursi yang menatap langsung ke
depan pemandangan, saat itu dia duduk di sampingku dan berkata,
“nggy, kakak mau kasih lagu
buat anggy, ini sebagai ungkapan hati kakak adjha kok”
Aku pun hanya tersenyum,
saat MP3 diputar , lagu yang masih akrab ditelingaku sampai saat ini “Kau
Puisi_Bondan Fade Two Black”. Seakan semuanya telah diskenariokan, kisahku ini
seperti kebanyakkan sinetron. Tapi, suasana seperti itu sangat sempurna untuk
dinikmati.
Tak berapa lama hujan deras turun, dan kami pun menepi ke
gazibu untuk berteduh. Sambil menunggu hujan reda, aku dan kak Inor saling
bertukar cerita tentang kehidupan kami masing-masing.
“dia, Roni Anugrah anak
bungsu dari dua bersaudara, ayahnya seorang pelayar, ibunya aktif di dinas
kependudukan, kakaknya perempuan kuliah dan tinggal di Bandung, kak Inor
bercita-cita ingin menjadi dokter hewan, karena kegemarannya memelihara hewan,
terutama kelinci. Saat itu, kak Inor sedang ternak kelinci, bahkan kangkung dan
wortel sebagai makanan kelinci pun dia tanam sendiri.” Aku salut mendengarnya
bercerita tanpa henti. Siapapun yang mengenalnya tak kan pernah merasakan aura
negatif darinya (like me now.. J).
Setelah hujan reda aku mengajaknya untuk pulang, dia mengantarkanku pulang
sampai rumah, dan berjanji akan berkunjung kembali.
Ketika liburan semester sekaligus tahun baru 2011, aku
berlibur kembali ke Puncak. Tahun baru Masehi disana begitu meriah. Saat malam
tahun baru aku pergi ke Kota Bunga bersama adik dan sepupuku. Tepat pukul
00.00, 01 Januari 2011 terompet ditiup dan kembang api dinyalakan dengan begitu
mempesona dan meriah. Setelah perayaan selesai, aku pulang ke rumah, karena
hujan rintik mulai turun, tak lama ada sms dari kak Inor,
“haduh. . gy kakak dari
Sukabumi ke Puncak sengaja cepet2, udah kena macet, keliling kota bunga cariin
nggy, sampai lewat tengah malam gak ketemu, tadinya pengen taun baruan bareng
nggy”
Ya Allah, disitu aku tersentuh dengan pengorbanannya, kak
Inor bukan kekasihku, juga bukan yang ku istimewakan dalam hidupku, tapi
mengapa dia sebaik itu kepadaku?. Saat itu aku tak bisa membalas smsnya karena
aku kehabisan pulsa. Aku diam di teras rumah nenek bersama keluargaku sampai pukul
02.30 WIB berharap dia lewat depan rumah nenek. Tapi dia tak kunjung lewat.
Akhirnya tahun baru ini aku lewatkan dengan tak enak hati, dalam hujan rintik
yang selalu menemani.
Setelah kejadian itu, aku lebih sering menerima sms
darinya, yang menyatakan bahwa dia benar-benar menyayangiku, dan bersedia
menjadi kekasih kedua untukku. Hingga akhirnya aku sudah tak tahan dengan
tingkahnya kepadaku, dan aku membalas singkat semua smsnya,
“kalau kakak masih memiliki
perasaan itu, lebih baik kakak jangan hubungi nggy dulu..!”
Aku sengaja melakukan itu,
dia seorang yang terlalu baik, dan aku tidak mau kehilangan sosoknya. Aku pun
jarang membalas telepon dan smsnya, hingga dia datang ke rumah nenekku saat
malam sekitar pukul 19.30, dia mengirimiku sms,
“gy, kakak ada di luar rumah
nih, , anggy keluar ya. .”
“kakak masuk adjah,,pakai
adab bertamu yang benar..”
“kakak Cuma sebentar kok gy,
Cuma mau minta maaf”
“yasudah nggy maafkan,
sekarang kakak pulang ya, soalnya di luar lagi hujan..!”
“kakak pengen ketemu anggy
dulu”
“kalau mau ketemu kakak
bertamu adjah, nggy gak bisa keluar, gak enak sama keluarga”
“kakak gak mau, kakak tetap
bakal nunggu nggy di luar. .”
Aku tak membalas smsnya
lagi, karena aku tertidur.
Keesokan harinya, ku lihat
ada 6 sms dari kak Inor yang isinya sama, yaitu “menunggu di bawah rintik
hujan”. Ternyata dia pulang dengan basah kuyup, lagi-lagi aku pun merasa
bersalah.
Aku jadi sangat jarang berkomunikasi dengannya setelah
sepupu kak Inor yang bernama kak Latif menghubungiku dan meminta nggy untuk
memberi kesempatan untuk dapat membahagiakan nggy, dia kasihan melihat kak Inor
jadi jarang makan, suka sakit-sakitan pula. Saat itu aku sadar bahwa aku sudah
salah memperlakukan kak Inor.
Aku telepon dia, syukurnya dia mau mengangkat, dengan
nada sedikit parau, aku mempercayai bahwa dia memang benar-benar sakit. Aku
menyuruhnya untuk makan, dan dia menuruti dengan mudahnya. Aku juga meminta
maaf atas perlakuanku selama ini kepadanya, dengan tetap menegaskan bahwa aku
tetap tak dapat menerimanya sebagai seorang kekasih. Aku sangat menyayangi
kekasihku dan tak pernah ingin menduakannya. Dan dari awal pun aku menyayangi
kak Inor hanya sebatas teman/saudara untukku.
Setelah telepon itu, aku tak mendengar kabarnya lagi,
sekitar 2,5 bulan kami lost contact.
Aku memberanikan diri untuk mengsmsnya, saat itu sekitar awal bulan April 2011,
“assalamualaikum, duh kakak
sombong nie,,kemana adjahk, lagi siapin buat UAN ya kak..”
“waalaikumsalam..iahk nggy,
kakak janji sama si papa tahun ini kakak harus lulus, walau sekarang kakak
sering keluar masuk Rumah Sakit, tapi kakak akan tetap berusaha”
“kakak sakit apa gitu? Maaf
ya kalau nggy mengganggu kak”
“biasa, ginjal kakak kambuh
lagi nggy, tapi udah gak apahk2, gak ganggu kok”
“bener nie gg apah2..?,
yaudah nggy doain semoga kakak cepat sembuh iah, nggy doain juga moga kita
lulus barengan tahun ini J”
“makasihk yahk nggy, kakak
senang bisa kenal nggy”
“sama-sama kak..!”
Ketika akhir bulan April kak Inor mengsmsku
“nggy, punya teman yang
golongan darah O gak. . ?”
“golongan darah nggy O,
kenapa kak..?”
“kakak butuh darah gy, bisa
bantu kakak gak, di umah Sakit labu darah lagi kosong”
“kakak, nggy mau-mau adjah
bantu, Cuma apa nggy bisa..?kan gak gampang juga, ada tahap-tahapnya, terlebih
nggy juga punya penyakit dalam”
“oh iahk, kakak lupa, tapi
gak apahk2 gy, yang penting ada”
“iah, tapi buat apah kak,
sampe pakai darah, ginjal kakak udah parah bukan..?”
“pokoknya nanti kalau kakak
sembuh kakak pasti ceritakan ke nggy ya”
Saat itu aku sangat ingin membantunya, namun Allah
berkehendak lain, Ia menurunkan cobaan penyakit untukku selama 1 minggu. Aku
meminta maaf kepada kak Inor karena aku tak jadi membantunya. Dia pun berkata
tidak apa-apa karena sudah tidak membutuhkan lagi. Saat itu aku mulai merasa
aneh, namun ku pendam keanehan itu sendiri. aneh karena merasa ada yang kak
Inor sembunyikan dariku, aneh karena dia lebih tertutup daripada sebelumnya,
dan masih banyak keanehan lainnya.
Bulan April
hingga awal mei adalah bulan tersulit untuk kami sebagai siswa kelas XII
menghadapi UAN 2012. Hingga tak ada waktu untuk memberi kabar satu sama lain.
Sesekali, Egi pun sering menanyakan tentang kak Inor kepadaku. Dia memang
kekasih yang mengerti apa yang sedang terjadi kepadaku saat itu. J
Selesai UAN
dan menunggu hasilnya, aku menghubungi kak Inor, saat itu aku masih ingat
tanggal 07 Mei 2011, aku mengirim sms motivasi untuknya bahwa tetap optimis
menjalani kehidupan, kita pasti lulus tahun ini. Namun, dia hanya membalas
singkat smsku,
“kakak sayang anggy”
“maksudnya kak..?”
Dia tak membalas lagi smsku.
Hingga seminggu kemudian, waktu pengumuman hasil UAN,
tanggal 15 Mei 2011, pagi-pagi buta aku sms kak Inor,
“kakak, semangat ya untuk
hari ini yang menentukan masa depanmu, nggy yakin hari ini hari bahagia untuk
kakak J”
Namun, tak ada balasan
darinya. Aku menyangka mungkin dia tengah bersia-siap berangkat sekolah.
Beberapa menit kemudian, teman SMP ku yang bernama Alvin
Rafiansyah meneleponku, meminta doa dariku dan menyabarkanku akan sesuatu yang
membuatku kaget,
“oh iah gy, kenal si Roni
kan?, dia meninggal nggy tadi malam jam 20.00, di RS.Kartika”
Pagi yang seharusnya aku
bahagia karena menunggu kabar dari kak Inor, berubah mendadak menjadi lemas,
untuk bernafas pun sulit, butiran air mata dengan mudah menetes membasahi
pipiku, pagi yang mendung itu membuatku tak berdaya menerima kenyataan itu.
Langsung ku telepon no.Kak Inor, lama tak diangkat
teleponku, terdengar riuh suara tangisan dan suara kak Latif,
“Hallo, nggy..maafin Roni ya
kalau banyak salah, nanti kakak telepon balik, kakak lai tenangin keluarganya
Roni dulu”
Seketika itupun teleponnya
dimatikan tanpa bisa ku menanyakan kenapa. Aku hanya bisa menangis pagi itu,
hingga mataku sembab dan mama pun menanyakan kenapa aku menangis. Setelah ku
ceritakan, ternyata mama ikut menangis. Mama sudah menganggap kak Inor sebagai
anaknya, karena kak Inor begitu baik kepadaku.
Tak ku sangka kepergiannya secepat ini, tak ku sangka dia
meninggalkanku begitu saja dalam keadaan bersalahku, tak kusangka aku tak dapat
mendengar kata LULUS dari suaranya, ta ku sangka aku telah kehilangannya, tak
kusangka ku tak bisa menjadi saudara yang baik untuknya. Maafkan aku kakak, aku
tak pernah bisa mewujudkan keinginanmu untuk menjadi kekasihmu, karena ku takut
kehilanganmu, namun ternyata mengapa kehilanganmu terjadi ketika ku tak menjadi
kekasihmu?.
5 hari setelah kabar duka itu, aku
baru bisa mengunjungi keluarganya yang ada di Sukabumi. Disambut kak Latif, aku
diajak ke saung di belakang rumah alm.kak Inor. Terlihat ibu alm.Kak Inor di sana
bersama teman kerjanya, kak Latif pun memperkenalkanku kepada ibunya alm, “wa,
ini yang namanya Anggy”, aku pun bersalaman, dan ibu pun memperhatikanku
sejenak, beliau bercderita banyak tentang almarhum kepadaku.
Dari
ternak kelincinya yang kini tak tersisa satupun karena meninggal, kebun
kangkung dan wortelnya, tanaman-tanaman yang dia tanam, hingga 1 minggu
kegiatannya sebelum kak Inor meninggal. “si dede teh neng anggy, banyak
mintanya, kan waktu hari kamis tanggal 11 Mei 2011 perpisahan, dia milih jas
warna item sama kemeja warna putih, mama nanya ke dia ‘kuat dede ke
perpisahan?’ jangan dipaksain de, ‘dede kuat mama, dede mau perpisahan sama
teman-teman dan guru dede’. Udah pulang dari perpisahan, dia minta dibeliin
nasi padang, terus nasi bakar kesukaannya, tumben banget habis, yang terakhir
beli ice cream, makannya gak karuan udah berceceran ke sudut-sudut mulutnya,
pokoknya mama turutin semua maunya dia, soalnya mama ingat pembicaraan sama
dokter, bahwa si dede udah gak ada harapan lagi, mama disuruh berdoa aja”
Mengapa
tak kau ceritakan keluhanmu kepadaku, mata dan kukumu yang menguning, ku tak
menyadari kau memendam rahasia kakak, mengapa tak kau ceritakan penyakitmu
kepadaku kakak......! :’(. Air mata ini tak terbendung lagi ketika ku melihat batu
nisan bertuliskan “Roni Anugrah”. Tahukah saat itu aku berharap apa kakak?,
“Ya
Allah, aku berharap ini hanya mimpi buruk, bangunkan aku Ya Allah, aku tak
sanggup menerima semua ini, sadarkan aku Ya Allah bahwa dia tak pergi
meninggalkanku.”, namun ternyata ini nyata. Aku melihat ibumu pingsan dengan
seringnya karena tak kuat ditinggalkanmu, aku melihat ayahmu menangis
menceritakan semua kebaikanmu kakak, aku melihat diriku menahan tangisan ini
kakak, dan aku melihat hujan menahanku di rumahmu untuk waktu yang cukup lama.
Selamat
jalan kakakku, kenanganmu kekal dalam benakku, sebagai seorang kakak dalam
hidup dan kehidupanku. Terima kasih kakak. Nggy menyayangi kakak.
Presented
for my brother
“Roni Anugrah (26 Juni 1990-14 Mei 2011)”
KAIZEN^^"
KAIZEN^^"